Mengintip Kinerja Jurnalistik adalah hal yang Sistem Komputer paparkan saat ini karena sangat menarik. Banyak hal yang mungkin bisa didapatkan dari tulisan tentang Mengintip Kinerja Jurnalistik ini.
Lagi-lagi pada artikel kali ini akan membicarakan tentang jurnalistik yang sering kita jumpai dalam kehidupan kita, kenapa harus jurnalis tidak ada yang lain apa?. mungkin bagi pengunjung kurang tertarik dalam membaca artikel yang gak berguna ini. Akan tetapi, apa salahnya jikalau Kang Fathur sedikit mengulas tentang kehidupan sang kuli tinta ini.
Konon, jurnalis adalah seseorang yang berprofesi jurnalistik ini sudah bukan barang langka dalam kehidupan kita sekarang. Hampir disetiap dusun, desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi namanya wartawan selalu tampak saat kejadian. Apalagi ditingkat nasional, pers (jurnalis) menjadi 'barang' yang ditakuti oleh semua orang, pengusaha, dan pejabat ataupun aparat. Kenapa? masyarakat mulai risih akan kinerja sang pers ini mulai tidak menentu akhir-akhir ini.... he, he,, tunggu dulu tidak semua pers, wartawan dan jurnalis yang seperti itu.
Pada jaman kemerdekaan dulu, wartawan menjadi salah satu 'barang' pujian dalam mencapai kemerdekaan yang didamba-dambakan pada waktu itu. Media informasi antar pemerintahan (Soekarno dan Hatta) dengan rakyat Indonesia diseluruh penjuru nusantara. Sungguh mulia sang pers kala itu. hasil karya jurnalis menjadi salah satu ujung tombak dalam kesuksesan kemerdekaan.
Beda dulu beda sekarang
Pada tahun 2005 kemaren, jurnalis masih tergolong murni alias sebagai mitra rakyat, pejabat, aparat dan masyarakat pada umumnya. Sebab, jurnalis merupakan suatu jembatan (sang penyambung lidah) untuk mewujudkan kedaulatan rakyat yang adil, makmur dan sentosa serta berdaulat.
Namun, semakin berkembangnya jaman, sang jurnalis tidak mau ketinggal juga seiring perkembangan yang semakin modern. Meskipun demikian, perkembangan dunia yang semakin hari semakin gak menentu arahnya justru dimanfaatkan oleh sang 'kuli tinta' ini. Kesejahteraan masyarakat dijadikan alat untuk mendapatkan nominal dengan menghalalkan segala cara. Bahkan orang situbondo bilang,... "Ah, itu gampang mas, mereka itu hanya UUD" ungkapan kebanyakan orang kota santri situbondo ini. Pada percakapan itu, temannya balik bertanya, "Apa sih UUD tuch, apa Undang Undang Dasar?" tanpa menoleh siapa yang berada disekitarnya langsung menjawab, "Mereka (wartawan) datang kesini hanya berpura-pura, Ujung Ujungnya Duit" dengan santai dia menjawabnya.
Dari percakapan diatas bisa kita menyimpulkan, profesi jurnalis sudah berubah 180 derajat alias bukan untuk kepentingan umum melainkan hanya kepentngan pribadi dan golomgannya.
Dulu dipuja sekarang dihina. Akibat inilah akan berimbas bagi temen-temen jurnalis yang benar-benar bekerja secara profesional dan proporsional. Mereka kan getah atas ulah temen-temennya yang tidak bekerja sesuai dengan tupoksinya.
Saya pribadi berharap semoga profesi mulia jurnalis ini kembali seperti masa lalu yang selalu mengedapankan kepentingan umum tanpa mempedulikan kepentingan pribadi dan kelompok. Amin Allahumma Amin..
SELENGKAPNYA atau SEPENUHNYA
Sistem Komputer
Sitemap 1 2 3 4 5